C.
Strategi dakwah Islam di Indonesia
Masyarakat Asia Tenggara telah mempunyai peradaban yang tinggi
sebelum kedatangan Islam. Hal demikian dikarenakan kawasan Asia Tenggara
terdiri dari negara-negara yang memiliki kesamaan budaya dan agama.
Negara-negara ini, termasuk Indonesia telah memiliki kontak dengan peradaban
bangsa India dan Cina. Tidak hanya dalam aspek peradabannya saja, tetapi juga
adat istiadat, agama dan kepercayaan.
Dalam bidang sastra, ditemukan buku-buku (kitab) kuno seperti kitab
suluk yang meng kisahkan perjalanan seorang sufi agar memperoleh ilmu sejati.
Kitab lain adalah kitab sutasoma, kitab Negara Kertagama, dan sebagainya.
Paparan tersebut menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia sebelum menerima
agama Islam telah mempunyai agama dan kepercayaan yaitu agama Hindu, Budha,
selain animisme dan dinamisme yang telah berkembang lama sebelumnya.
Agama Islam tersebar di seluruh wilayah Indonesia secara periodik,
bertahap dan dengan strategi dakwah yang damai, menyesuaikan diri terhadap adat
istiadat penduduk tanpa paksaan dan kekerasan. Strategi penyebaran agama Islam
dilakukan dalam berbagai media atau jalan, baik melalui perdagangan,
pernikahan, pendidikan, ajaran sufi juga memalui kesenian. Hal inilah yang
menyebabkan agama Islam mudah diterima, faktor lain adalah agama Islam memberi
penghargaan pada sesama manusia dengan tidak membedakan harkat derajat dan
martabat. Menurut Uka Tjandra Sasmita proses masuknya Islam di Indonesia adalah
sebagai berikut:
1.
Perdagangan
Strategi dakwah penyebaran agama Islam melalui media perdagangan
merupakan awal proses Islamisasi di Indonesia yaitu pada abad ke-7 M hingga
abad ke-16 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari Arab,
Persia, dan India. Mereka melakukan kegiatan perdagangan di Indonesia dan
menjalin hubungan dagang antara masyarakat Indonesia. Penyebaran agama Islam
melalui perdagangan selain lebih menguntungkan juga sangat efektif dan sesuai
dengan karakter masyarakat wilayah pesisir. Jalur islamisasi melalui
perdagangan dikatakan menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta
dalam aktifitas ini. Para bupati di pesisir pulau Jawa banyak yang memeluk
agama Islam sehingga memudahkan para pedagang muslim dalam berdakwah. Pada saat
itu perdagangan internasional sebagian besar dikuasai pedagang Muslim.
2.
Perkawinan
Pedagang muslim yang masuk ke Indonesia dilihat dari segi ekonomi,
mereka mempunyai status social yang lebih dibandingkan penduduk pribumi.
Interaksi antara penduduk pribumi dan pedagang muslim yang intens tidak jarang
diteruskan dengan adanya perkawinan antara kaum pribumi dengan para pedagang
muslim. Selanjutnya dalam prosesi perkawinan pihak pribumi harus mengucapkan
kalimat syahadat sehingga perkawinan ini menjadi media yang efektif dalam
penyebaran agama Islam. Contoh para ulama yang melakukan pernikahan dengan
masyarakay pribumi diantaranya Raden Rakhmat atau Sunan Ampel dengan Nyai
Manila, perkawinan antara Sunan Gunung Jati dengan putri Kawungaten, perkawinan
antara Raja Brawijaya dengan putri Campa yang beragama Islam kemudian berputera
Raden Patah yang pada akhirnya menjadi raja Demak.
3.
Politik
Proses Islamisasi melalui media politik dilakukan secara bertahap
dan berkesinambungan antara penguasa dan pemerintahan, setelah penguasa atau
rajanya masuk Islam hampir pasti rakyatnya juga masuk Islam (contoh di Maluku
dan Sulawesi). Selain itu ada kerajaan Islam yang melakukan penahklukan
terhadap kerajaan-kerajaan non-Islam dan kemenangan membuat masyarakat secara
bertahap masuk Islam.
4.
Pendidikan
Penyebaran agama Islam melalui pendidikan yang berupa pesantren.
Pesantren menjadi media yang efektif dalam proses Islamisasi di Indonesia.
Pesantren selain mengajarkan ilmu agama juga ketrampilan hidup yang lain.
Selain itu juga menjadi tempat menempa ilmu untuk para calon juru dakwah agama
Islam. Diantara lembaga pendidikan atau pesantren pada masa awal perkembangan
Islam adalah pesantren yang di dirikan sunan Ampel dan juga sunan Giri yang
terkenal sampai pulau Maluku. Selain itu dilembaga pendidikan pesantren, murid
yang sudah selesai belajar akan dikirim untuk berdakwah keseluruh penjuru
Indonesia.
5.
Kesenian
Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah dengan
mengadakan pertunjukan seni gamelan dan wayang. Sebagaimana di ketahui bahwa
kesenian wayang dan gamelan di gunakan Walisanga dalam mengembangkan ajaran
Islam. Cara seperti ini banyak ditemui di Jogjakarta, Solo, Cirebon, dan
lain-lain. Seni gamelan banyak digemari masyarakat Jawa dan ini tentu dapat
mengundang masyarakat berkumpul dan selanjutnya dilaksanakan dakwah Islam.
6.
Tasawuf
Para Sufi mengajarkan tasawuf yang diramu dengan ajaran yang sudah
dikenal oleh masyarakat Indonesia. Seorang sufi biasa dikenal dengan hidup
dalam kesederhanaan, mereka selalu menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup
bersama di tengah-tengah masyarakatnya.
Banyak hal yang penting untuk diketahui mengapa agama Islam
berkembang pesat dan mudah diterima oleh masyarakat Indonesia antara lain :
a. Agama Islam bersifat terbuka, sehingga penyiaran dan pengajaran
agama Islam dapat dilakukan oleh setiap orang Islam.
b. Penyebaran Agama Islam dilakukan dengan cara damai.
c. Islam tidak mengenal diskriminasi dan tidak membedakan kedudukan
seseorang dalam masyarakat.
d. Perayaan-perayaan dalam agama Islam dilakukan dengan sederhana.
e. Dalam Islam dikenal adanya kewajiban mengeluarkan zakat yang
bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan kahidupan masyarakatnya dengan adanya
kewajiban zakat bagi yang mampu.
D.
Fase Penyebaran Islam di Indonesia
Dalam buku sejarah peradaban Islam sebagaimana di tulis oleh Siti
Maemunah bahwa ada tiga tahap proses Islamisasi di Indonesia menurut Hasan
Muarif Ambary.
1.
Tahap kehadiran pedagang Muslim (sebelum abad ke-13 M)
Pendapat masuknya masuknya Islam ke Indonesia sejak abad ke-7 M
atau ke-1 H, dikemukakan oleh Syeh Syamsudin Abu Abdilah Muhammad bin Talib Ad
Dimasyqi (w. 1327 M), ia menyatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia
melalui Champa (Kamboja dan Vietnam) sejak zaman khalifah Usman bin Affan yakni
sekitar tahun 651 M atau abad ke-7. Pada versi yang lain menyatakan bahwa abad
ke-1 sampai ke4 H, terdapat hubungan perkawinan antara pedagang muslim dengan
penduduk setempat, sehingga mereka memeluk agama Islam. Mengenai adanya makam
Fatimah binti Maimun di Leran Gresik dengan angka tahun 475 H/ 1082 M bentuk
batu nisan dan jiratnya menunjukkan pola gaya hias makam dari abad ke-10 M.
Menurut laporan penelitian arkheologi di situs pesucian kecamatan Manyar
(1994-1996) Leran di masa lampau merupakan pemukiman perkotaan dan perdagangan.
2.
Tahap terbentuknya kerajaan Islam (13-16 M)
Pada fase ini ditandai dengan munculnya pusat-pusat kerajaan Islam.
Ditemukannya makam Malik al-Shaleh yang terletak di kecamatan Samudra di Aceh
utara dengan angka tahun 696 H/ 1297 M merupakan bukti yang jelas adanya
kerajaan Islam di Pasai. Historiografi tradisional lokal, Hikayat Raja-raja
Pasai dan Sejarah Melayu Malik, menyebutkan penguasa pertama kerajaan Samudra
Pasai adalah Malik al-Shalih. Akan tetapi, di Barus telah ditemukan makam
seorang perempuan yang bernama Tuhar Amisuri dengan angka tahun 602 H. Hal ini
membuktikan bahwa pada permulaan abad ke-13 M, sudah ada pemukiman masyarakat
Islam di Barus.
Pada akhir abad ke-13 kerajaan Samudera Pasai sebagai kerajaan
Islam pertama di Indonesia merebut jalur perdagangan di Selat Malaka yang
sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya. Hal ini terus berlanjut hingga
pada permulaan abad ke-14 berdiri kerajaan Malaka di Semenanjung Malaysia.
Sultan Mansyur Syah (w. 1477 M) adalah sultan ke-enam Kerajaan Malaka yang
membuat Islam sangat berkembang di Pesisir timur Sumatera dan Semenanjung
Malaka.
Akhir abad ke-15 M dan permulaan abad ke-16 M pusat-pusat
perdagangan di pesisir utara, seperti Gresik, Demak, Cirebon, dan Banten telah
menunjukkan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh para wali di Jawa. Kemudian
pada abad ke-16 M kegiatan itu muncul sebagai kekuatan politik dengan adanya
kerajaan Demak sebagai penguasa Islam pertama di Jawa yang berhasil menyerang
ibukota Majapahit. Para wali dengan bantuan kerajaan Demak, kemudian Pajang dan
Mataram dapat mengembangkan Islam ke seluruh daerah-daerah penting di Jawa,
bahkan di luar Jawa, seperti ke Banjarmasin, Hitu, Ternate, Tidore, dan Lombok.
3.
Tahap pelembagaan Islam
Pada fase ini para pemangku kerajaan berguru ke pusat pendidikan
Islam seperti ternate yang berguru ke Giri Gresik. Agama Islam yang berpusat di
Pasai tersebar luas ke Aceh di Pesisir Sumatra, Semenanjung Malaka, Demak,
Gresik, Banjarmasin, dan Lombok. Bukti persebarannya ditemukan cukup banyak. Di
Semenanjung Melayu ditemukan bentukbentuk nisan yang menyerupai bentuk-bentuk
batu nisan Aceh. Di Kuwin Banjarmasin tepatnya di komplek Pemakaman Sultan
Suriansyah (Raden Samudra) terdapat batu nisan yang mempunyai kesamaan dengan yang
ada di Demak dan Gresik. Di pemakaman Seloparang terdapat sebuah batu nisan
yang memiliki gaya Jawa Timur.
Islam juga tersebar ke Sulawesi, ketika Raja pertama, Raja Tallo
yang menjadi mangkubumi di Kerajaan Gowa Yang bernama I Mallingkaeng Daeng Njonri
Karaeng Katangka masuk Islam pada 22 September 1605 M. Kemudian ia bergelar
Sultan Abdulah Awalul Islam. Penyebar Islam ke daerah Abdul Ma'mur Chatib
Tunggal yang lebih terkenal dengan nama Dato ri Bandang, seorang ulama Yang
berasal dari Minangkabau. Kemudian Islam tersebar ke Lombok dan Sumbawa melalui
dua tahap, pertama, dari Jawa yang dilakukan oleh Sunan Prapen sekitar akhir
abad ke-17 M dari Gowa. Di Kalimantan, Banjarmasin merupakan daerah yang
pertama kali masuk Islam. Dalam Hikayat Banjar dinyatakan bahwa Banjar di
Islamkan oleh Kerajaan Demak di Jawa sekitar tahun 1550. Kemudian di Kalimantan
Timur, daerah Kutai merupakan daerah yang pertama kali mendapat pengaruh Islam
dari Dato ri Bandang beserta temannya Than Tunggang Parangan, yang mengislamkan
Raja Mahkota dari Kutai sekitar tahun 1575.
No comments:
Post a Comment